Resensi Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori

Redaksi PetiknetRabu, 31 Mei 2023 | 00:58 WIB

Petik.net - merupakan karya dari penulis Indonesia bernama Leila Salikha Chudori, yang juga seorang jurnalis di majalah Tempo.

ini diterbitkan pada tahun 2017 dan mengangkat tema persahabatan, percintaan, kekeluargaan, dan rasa kehilangan.

Dengan latar waktu pada era 90-an dan 2000, novel ini berhasil mempesona para pembaca untuk memasuki alam semesta masa lalu dan melihat kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun tersebut.

Dengan kata lain, novel dengan ketebalan 394 halaman ini mengingatkan kita akan era reformasi pada tahun 1998 yang sarat dengan pahitnya dan kekejamannya bagi para pembela rakyat.

Leila, sang penulis, dengan tegas menyatakan bahwa novel ini adalah fiksi sejarah, tetapi ia menulisnya berdasarkan fakta-fakta yang ada.

Sebelum Leila mulai menulis novel ini, ia melakukan penelitian melalui wawancara langsung dengan para korban yang selamat atau kerabat dari korban tersebut.

Namun tidak hanya itu, penulis ini juga mengungkapkan bahwa ia melakukan penyelidikan mendalam terkait karakter-karakter tokoh, tempat-tempat, dan peristiwa-peristiwa yang telah berlalu.

Berdasarkan hal-hal inilah yang membuat novel ini terasa begitu hidup saat kita membacanya.

Menariknya, proses penyelesaian novel ini memakan waktu sekitar 5 tahun.

Dan yang tak kalah menarik, novel ini juga diadaptasi menjadi film pendek dengan durasi sekitar 30 menit, yang disutradarai oleh Pritagita Arianegara.

Sinopsis Novel Laut Bercerita

Novel mengisahkan tentang kekejaman dan kebengisan yang dialami oleh kelompok aktivis mahasiswa pada masa Orde Baru.

Namun, novel ini juga mengajak kita untuk merenungkan tentang hilangnya 13 aktivis yang sampai saat ini masih belum ditemukan petunjuknya.

dalam novel Laut Bercerita dibagi menjadi dua bagian dengan selisih waktu yang cukup jauh.

Bagian pertama menceritakan melalui sudut pandang Biru Laut, seorang tokoh utama bersama rekan-rekan aktivisnya, yang berjuang untuk mencapai visi dan tujuan mereka.

Sementara itu, bagian kedua mengambil sudut pandang Asmara Jati, adik dari Laut, yang memiliki visi dan tujuan yang agak berbeda dengan kakaknya.

Bagian pertama membawa kita menjelajahi perjuangan dan pengorbanan Biru Laut dan kelompoknya dalam melawan rezim yang keras dan represif.

Mereka berani mengungkap kebenaran, berjuang untuk keadilan, dan melawan sistem yang korup.

Namun, di tengah perjalanan mereka, 13 aktivis menghilang secara misterius dan menjadi tanda tanya besar yang belum terpecahkan.

Di bagian kedua, kita mengikuti kisah Asmara Jati, adik dari Laut, yang memiliki pandangan dan tujuan yang berbeda dalam melanjutkan perjuangan yang ditinggalkan oleh kakaknya.

Asmara mencoba mencari tahu keberadaan dan nasib para aktivis yang hilang itu.

Dalam perjalanannya, ia terlibat dalam konflik internal dan eksternal, menghadapi bahaya dan menghadapi rintangan yang tak terduga.

Bagian Pertama

Kisah dalam novel Laut Bercerita akan diceritakan melalui sudut pandang Biru Laut, seorang mahasiswa program studi Sastra Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Pencinta sastra sejati, Laut memiliki koleksi buku sastra klasik, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

Laut memiliki minat khusus pada karya-karya Pramoedya Ananta Toer yang pada masa itu dilarang beredar di Indonesia.

Secara diam-diam, ia mengambil langkah untuk memfotokopi buku-buku tersebut di tempat yang dikenal sebagai “fotokopi terlarang”.

Di sinilah ia pertama kali bertemu dengan Kinan, seorang mahasiswa FISIP yang memperkenalkannya pada organisasi Winatra dan Wirasena.

Setelah bergabung dengan Winatra, Laut aktif dalam diskusi buku bersama rekan-rekannya.

Mereka tidak hanya membahas buku, tetapi juga menggagas konsep-konsep untuk melawan doktrin pemerintah yang telah berkuasa selama lebih dari 30 tahun di negara ini.

Aktivitas Laut tidak hanya terbatas pada diskusi di organisasi, ia juga memiliki kegemaran menulis.

Ia sering menyalurkan gagasannya melalui tulisan-tulisan yang dikirimkan ke media cetak harian dengan harapan dapat dipublikasikan.

Selain itu, Laut juga bekerja sebagai penerjemah dari novel-novel bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.

Dalam novel ini, Laut dan rekan-rekannya melaksanakan beberapa aksi atau gerakan untuk membela rakyat yang telah kehilangan hak-haknya akibat pemerintahan yang otoriter.

Salah satunya adalah “Aksi Tanam Jagung Blangguan”.

Namun, sebelum mereka melaksanakan aksi tersebut, Laut dan teman-temannya melakukan diskusi yang dikenal sebagai “diskusi Kwangju”.

Namun, diskusi yang seharusnya berjalan dengan baik tiba-tiba terganggu oleh kedatangan intel yang datang ke markas mereka.

Mereka tidak tahu siapa yang membocorkan informasi tentang diskusi mereka.

Beberapa anggota Winatra mulai mencurigai Naratama karena tidak muncul saat penangkapan dilakukan, tetapi ini hanya dugaan belaka. Kebenaran sebenarnya masih menjadi misteri.

Setelah melaksanakan aksi tanam jagung di Blangguan, Laut dan rekan-rekannya kembali ke terminal.

Mereka berpisah-pisah, ada yang menuju Pacet dan ada yang kembali ke Yogyakarta.

Di ruang tunggu bis, mereka mencurigai sekelompok orang yang tampak mencurigakan mengintai mereka.

Akhirnya, Laut, Bram, dan Alex ditangkap, sementara yang lain melarikan diri entah ke mana.

Laut, Bram, dan Alex dibawa ke suatu tempat yang mirip dengan markas tentara.

Di sana, mereka mengalami interogasi dan perlakuan yang tidak manusiawi. Mereka disiksa, diinjak, dipukul, dan disetrum.

Kelompok orang tersebut ingin tahu siapa dalang di balik aktivitas yang dilakukan oleh Laut dan teman-temannya.

Setelah dua hari satu malam penuh penyiksaan dan penyekapan, Laut, Bram, dan Alex dilepaskan di Terminal Bungurasih.

Mereka dijemput oleh kakak Anjani dan dibawa ke tempat aman di Pacet. Di sana, Daniel, Kinan, Anjani, dan teman-teman lainnya menunggu mereka.

Namun, singkatnya, Laut kembali ditangkap oleh sekelompok orang yang tidak dikenal pada tanggal 13 Maret 1998.

Sejak mereka menjadi buronan pada tahun 1996 karena organisasi Winatra dan Wirasena dianggap berbahaya bagi pemerintah, beberapa teman mereka, seperti Sunu, Mas Gala, dan Narendra, tiba-tiba menghilang.

Kemudian, teman-teman lainnya juga menghilang satu per satu. Sekarang, Laut dikejar oleh Alex dan Daniel yang juga hilang.

Selama penangkapan dan penyiksaan, mereka mengalami siksaan yang sangat kejam dan sadis.

Mereka dipukuli, disiram dengan air es, disetrum, digantung dengan kaki di atas dan kepala di bawah, ditelentangkan di atas batangan es yang dingin, dan penyiksaan lainnya.

Di bagian pertama novel ini, tidak hanya berfokus pada aktivitas Laut dan teman-temannya dalam pergerakan mereka, tetapi juga menyelipkan kisah tentang hubungan antara Laut dan keluarganya.

Ketika Laut dan teman-temannya menghilang, kehidupan mereka dan orang-orang terdekat mereka berubah secara drastis.

Sejak Laut kuliah di Yogyakarta, mereka semakin jarang berkumpul bersama ayah, ibu, dan adiknya, Asmara.

Maka dari itu, ayah Laut memutuskan bahwa hari Minggu adalah hari untuk keluarga, di mana tidak boleh ada gangguan.

Makan malam menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu, di mana mereka dapat menikmati kebersamaan dan kebahagiaan yang terpancar dari wajah mereka.

Tidak hanya itu, novel Laut Bercerita juga menyoroti kehidupan Laut sebagai mahasiswa Sastra Inggris.

Meskipun aktif dalam organisasi Winatra, Laut tidak melupakan kewajibannya sebagai mahasiswa. Ia masih mengerjakan skripsinya dan berhasil menyelesaikannya.

Bagian Kedua

Bagian Kedua dalam novel “Laut Bercerita” mengambil sudut pandang dari Asmara, adik dari Laut. Asmara memiliki minat yang berbeda dengan kakaknya, lebih condong ke bidang sains daripada sastra.

Pada bagian kedua ini, berlanjut pada tahun 2000, dua tahun setelah Laut dan 13 temannya menghilang tanpa jejak.

Perasaan yang menyesakkan terjadi saat keluarga tersebut melangsungkan ritual makan malam mereka setiap hari Minggu.

Ibu Laut mempersiapkan makanan seperti biasa, dan ayah Laut tetap menyisakan satu piring kosong, harapannya agar Laut akan kembali dan bergabung dalam acara makan malam mereka.

Namun, harapan tersebut selalu berakhir dengan kekecewaan.

Kemudian, Asmara dan teman-temannya memutuskan untuk mendirikan sebuah lembaga yang khusus menangani kasus orang-orang yang hilang secara paksa, termasuk Laut dan teman-temannya.

Asmara tidak hanya bekerja dengan teman-temannya, tetapi juga dengan keluarga dari orang-orang yang belum ditemukan.

Mereka mendirikan lembaga ini dengan harapan dapat menghentikan waktu yang terus berlalu dan mendorong pemerintah untuk menuntaskan kasus ini.

Pada suatu waktu, Asmara mendapatkan informasi bahwa tulang belulang manusia telah ditemukan di Kepulauan Seribu.

Sebagian dari tulang tersebut telah dikubur, sementara yang lain sedang dalam proses penelitian oleh dokter forensik.

Tidak ada yang tahu dengan pasti, siapa pemilik tulang tersebut. Asmara tidak berharap bahwa tulang itu adalah milik kakaknya, karena ia yakin Laut tidak akan kembali.

Di benak Asmara, masih ada satu pertanyaan yang menghantuinya, yaitu siapa dalang di balik penghilangan paksa ini? Siapa yang bertanggung jawab atas nasib Laut dan teman-temannya?

Tokoh dalam Novel Laut Bercerita

Dalam novel “Laut Bercerita”, terdapat beberapa tokoh yang memiliki kemiripan dengan tokoh nyata dan diilhami oleh kejadian nyata.

Salah satu contohnya adalah karakter Mas Gala, yang mirip dengan Wiji Thukul, seorang penyair dan aktivis Hak Asasi Manusia yang hilang pada tahun 1998.

Hal ini mungkin karena penulis, Lela S. Chudori, terinspirasi oleh kasus-kasus penghilangan paksa yang terjadi pada masa itu.

Karakter Anjani adalah kekasih dari Biru Laut dalam novel ini.

Dia memiliki keahlian dalam membuat sketsa gambar dan memiliki tiga kakak laki-laki yang sangat protektif terhadapnya.

Anjani adalah perempuan yang mampu meluluhkan hati Laut dan memiliki hubungan yang dekat dengannya.

Meskipun Kinan adalah seorang perempuan yang dekat dengan Laut, tetapi kekasih Laut dalam cerita ini adalah Anjani.

Alex dan Sunu adalah teman seperjuangan Laut sejak awal kuliah. Bima menjadi pemimpin dalam aksi atau gerakan yang direncanakan oleh mereka.

Gusti adalah seorang fotografer yang aktif, mirip dengan Alex, tetapi keduanya memiliki gaya pemotretan yang berbeda.

Alex juga merupakan kekasih dari adik Laut, yaitu Asmara.

Dengan adanya karakter-karakter ini, cerita dalam novel menjadi lebih hidup dan memiliki nuansa yang dekat dengan kehidupan nyata.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Laut Bercerita

Kelebihan Novel Laut Bercerita

  • Tema yang kuat: Novel ini menetapkan tema kemanusiaan pada era Orde Baru, mengangkat kisah nyata penghilangan paksa dan penculikan aktivis pada tahun 1998. Tema ini memberikan kesan historical fiction yang kuat dan menarik bagi pembaca.
  • Visualisasi yang nyata: Penulis berhasil menciptakan gambaran yang jelas dan autentik tentang karakter dan suasana dalam novel. Terutama dalam menggambarkan perlakuan tidak manusiawi terhadap Laut dan teman-temannya, membawa pembaca merasakan emosi yang kuat.
  • Edukatif: Novel ini memberikan pengetahuan sejarah tentang rezim Orde Baru, pergerakan sosial, dan asas demokrasi. Pembaca akan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah melalui membaca novel ini.
  • Moral value yang dapat diterapkan: Novel ini mengajarkan pentingnya memperlakukan sesama manusia dengan manusiawi dan mengangkat isu-isu keadilan sosial. Hal ini dapat memberikan pembelajaran moral yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Teka-teki yang menarik: Cerita dalam novel ini memiliki unsur teka-teki yang membuat pembaca penasaran dan terus ingin tahu akhir ceritanya. Pilihan kata dan penggunaan bahasa yang mudah dipahami juga membuat isi cerita dapat diikuti dengan baik.

Kekurangan novel Laut Bercerita

  • Alur maju mundur: Penggunaan alur campuran atau maju mundur dalam cerita dapat membuat pembaca yang tidak terbiasa dengan alur tersebut merasa kesulitan atau bingung. Diperlukan sikap fokus dan pemahaman yang saksama agar pembaca dapat mengikuti alur cerita dengan baik.

Amanat dalam novel Laut Bercerita

  • Perjuangan para pejuang: Novel ini menggambarkan perjuangan nyata yang dilakukan oleh Laut dan teman-temannya dalam era Orde Baru. Mereka berjuang untuk keadilan dan harapan agar di masa depan, situasi menjadi lebih baik.
  • Pentingnya menghargai sejarah: Novel ini mengingatkan kita untuk tidak melupakan sejarah kelam di negeri ini. Dalam sistem demokrasi, pemerintah harus menerima kritik dan membangun kebijakan yang transparan. Kejadian di era 1998 yang belum mendapatkan titik temu adalah sebuah tanda tanya yang harus dipecahkan.

Novel Laut Bercerita memberikan pemahaman yang mendalam tentang sejarah Indonesia dan mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan pentingnya memperlakukan sesama manusia dengan baik.

Novel ini direkomendasikan untuk dibaca karena dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang berharga.

Sumber: https://www.gramedia.com/best-seller/resensi-novel-laut-bercerita-karya-leila-s-chudori/